Senin, Januari 19, 2009

Kado Dari @lumni


Minggu yang sepi seperti biasa. Orang-orang lebih suka memanfaatkannya untuk beristirahat dari aktifitas rutin mereka. Langit menyisakan awan mendung tipis. Semalam suntuk langit menyemprotkan air secara masal membasahi tanah yang rindu kesegarannya dan kesejukannya. Matahari masih malu menampakkan wujud aslinya. Kesibukan di sebuah rumah yang bernuansa hijau terlihat lebih dari biasanya. Rumah yang sedang dipenuhi lengkap anggota keluarga.

"Halo. Assalamu`alaikum. Mas jadi ke sini?" anak seumuran SMP terlihat asyik menelepon seseorang.
"Wa`alaikumsalam. InsyaAllah. Nanti ya...Aku masih ada keperluan."
"Oke. Pokoknya hari ini kan?"
"Siip. Jangan lupa siapin suguhannya.Sepuluh orang ya..."
"Haaa! Sepuluh orang? Ya deh gampang. Ditunggu ya..."
"Yo wis. Sek ya..Assalamu`alaikum"
"Wa`alikumsalam" jawaban anak kecil itu mengakhiri percakapan dalam teleponnya.
Lalu Nadi mengatakan kepada dua kakaknya tentang yang dia bicarakan. Kedua kakaknya pun menyambutnya dengan suka cita. Orang tua mereka tersenyum mengetahui apa yang mereka katakan. Memang hari ini akan datang seorang tamu spesial, jika bisa dibilang begitu.
Mas Damar, nama yang tertera pada daftar telepon masuk. Dia adalah alumni dari sekolah yang sama yang di tempati Zahra sekarang. Zahra, salah satu kakak Nadi yang pertama kali berkenalan dengan alumni itu. Bermula dari tanggal 3 Oktober 2008. Kebiasaan yang sudah ada sejak dulu di sekolah Zahra. Setiap 2 hari setelah Lebaran ada perkumpulan alumni. Semua alumni yang kangen sama teman-temannya atau sekedar pengin tahu keadaan sekolah mereka. Zahra pun ikut menghadirinya. Kegiatan itu tidak formal. Ketika dia di Sanggar Pramuka bersama teman-temannya, salah satu alumni yang ada di sana menyodorkan selembar kertas HVS dan memionta nomor kami yang bisa di hubungi jika sewaktu-waktu mereka butuh informasi. Beberapa hari kemudian ketika Zahra berada di rumah, dia mendapatkan telepon dari salah seorang alumni yang namanya Damar. Dia bilang, dia sedang di Jakarta dan kemarin dia tidak datang ke Solo. Lalu sejak hari itu sampai sekarang dia masih setia menghubungi Zahra untuk mencari informasi tentang sekolah Zahra yang juga mantan sekolahnya. Terutama tentang perkembangan pramuka saat ini. Suatu hari dia telpon dan berkata mau pulang ke Solo untuk menjumpai ibunya dan bertemu dengan anak-anak pramuka. Zahra memintanya untuk mampir ke rumah Zahra saat Mas Damar pulang. Keluarga Zahra ingin melihat Mas Damar, alumni yang sudah akrab dengan keluarganya melalui telepon itu.
Di hari Minggu ini, janji itu akan terlunasi. Oleh karena itu pagi-pagi benar rumah sederhana itu telah dipenuhi aktivitas untuk membuat rumah bersih. Canda tawa selalu menghiasi keasrian rumah itu. Waktu terus berlalu. Rumah itu kini sudah bersih. Ibu Zahra memasak untuk makan siang. Sepertinya semua orang di rumah itu terlihat begitu menanti tamu yang akan datang. Pagi berganti siang, siang berganti sore. Tetapi yang ditunggu juga belum datang. Akhirnya Zahra ketiduran di kasurnya. Pukul 16.00 WIB Zahra terbangun. Dia berjalan gontai menuju kamar mandi. Setelah itu dia berwudhu untuk menunaikan sholat Ashar. Dia merasa sudah kecewa karena semua sudah dia persiapkan dari pagi. Perkiraan temannya yang mau datang pagi ternyata meleset. Adik dan kakaknya pun selalu bertanya yang membuatnya sedikit jengkel, "Mbak, mas Damar kapan datang? Kok lama ga dateng-dateng?"
Suara dering handphone membuat adek Zahra-Nadi, bersemangat.
m.Damar memanggil........ "Halow.Mas Damar?Kapan?" Terdengar adek Zahra bersemangat mengangkat telepon orang yang selama ini di kenalnya melalui handphone. Sedang Zahra hanya diam memperhatikan. Nadi bilang mereka, mas Damar dan teman-temannya, akan datanf sebentar lagi. Sedang sekarang sudah pukul 16.45 WIB. Beberapa saat kemudian yang dinantipun datang. Ternyata memang mas Damar tidak sendiri. Dia mengajak genknya. Ada Mas Wawan dan Mas Ari yang kemarin Zahra sudah melihatnya. Lalu kami berbincang-bincang seru di teras Langgar Jenengan. Orang tua Zahra juga terlihat akrab bersama mereka bertiga. Tidak terasa waktu terus berlalu. Azan maghrib akan segera dikumandangkan sehingga mereka langsung pergi ke tempat wudhu dan dilanjutkan sholat maghrib berjamah.
Malam mulai menjadi pekat. Bintang dan bulan mulai menapaki langit yang gelap. Zahra, Mbak Lala, dan ketiga tamunya menyusun rencana untuk pergi makan malam.
"Dek, sekarang yang jadi ratunya kamu sama mbak Lala. Di sini cari makan yang enak mana? Nanti kami tinggal ngawal ke sana." mas Ari membuka pembicaraan. Mas Damar sedang ada telepon, Mas Wawan sedang merapikan penampilannya.
"Yaa, kalau mau shi jack ada di utara, kalau bakso, jalan dikit ke sana, dan kalau mau mie ayam, paling jauh. Di ujung sana." Mbak Lala menjelaskan satu persatu sambil menunjukka arah.
"Aku pengin bakso nih. Ya? Ke sana aja" pinta Zahra sedikit manja.
"Ya udah kalpo gitu langsung aja. Kasihan mas Wawan kelaperan. Jalan ya..." kata mas Ari mengomandoni.
Lalu mereka berjalan di tengah dingin malam yang belum begitu menusuk. Mereka terlihat akrab dengan topik yang dibicarakan masing-masing. Lalu sampailah di warung mie ayam yang untungnya buka setelah gagal pada warung bakso. Dari jauh terlihat warung baksonya buka, namun ternyata setelah mendekat ibu penjaganya bilang tutup kalau hari minggu. Setelah memilih tempat untuk makan mie, mbak Lala memesankan 5 porsi, 2 es teh, 1 teh panas, 2 es jeruk. Kami menikmatinya sambil sesekali bercanda. Mas Ari bercerita pekerjaannya, mas Wawan sampai nambah lagi saking laparnya. Kami makan di terangi lampu jalan.
"Kayak di diskotik aja ya? Lampunya ajep-ajep" kata mas Damar. Kami tertawa mendengarnya.
Akhirnya pertemuan mereka pun di pisahkan oleh waktu. Acara yang tidak hanya melunasi janji alumni pada Zahra selama pulang ke Solo membuat mereka berpamitan pada keluarga Zahra. Setelah sholat Isya` bersama merekapun bersiap-siap untuk pulang. Zahra hanya bisa tersenyum bahgia dengan kehadiran kakak-kakak alumni yang begitu bijaksana. Dia merasa tak hanya mendapatkan semangkok mie ayam dan es jeruk, untuk ayah, ibu, dan adik Zahra yang tidak ikut dinnerpun juga dapat. Pengalaman, pengetahuan, dan sikap yang mesti di contoh dari mereka bertiga Zahra dapatkan juga. Inilah yang disebut Kado terindah, yang begitu istimewa dan spesial. Trimakasih untuk semuanya ya mas Wawan, mas Damar, dan mas Ari. Ga akan terlupakan deh pokoknya....Moga bisa ketemu lagi.......28 Desember 2008

Tidak ada komentar: