
PESAN KEDUA TUK SANG HAWA YANG REMAJA
Pantaskah sang hawa yg remaja menitikkan air mata? Bekunya malam yang sepi dari bintang, getirkan jiwa sekaligus raga. Setelah semua berjalan gembira, datang sebuah kata dari sang pengelana. Bukan lagi surat mutiara, namun gumpalan awan hitam yang membuat sang hawa bergetar hatinya. Gelombang laut yang tlah jinak, kembali getarkan sluruh permukaan pada raga.
Patutkah sang hawa yang remaja meneteskan air suci dari langit hatinya?Jangan! Sungguh tak pantas jika harus keluarkan airmata dengan sia-sia. Sang hawa tahu dengan segenap kesadaran, kalau dirinya dan sang pengelana hanyalah anak manusia yang masih lama tuk menginjak dewasa.
Mutiara itu sulit tuk diraba, namun mudah tuk dirasa.
Dipandangnya sang surya ketika terang dengan keteguhan sepenuh jiwa. Maka berkata juga ia, "Selama mentari masih bersinar dan bulan masih beredar, maka siang dan malam masih temaniku arungi kehidupan."
Sekali lagi dia hanyalah seorang hawa yang remaja, yang hatinya bukan dari baja. Namun juga tak selembek spons yang termakan usia. Sesungguhnya hati setiap hawa tak jauh berbeda.
Lagi2 sang hawa berkata, ijinkan aku tuk musnahkan sgala rasa yg masih bersemayam dalam dada. Sedang gumpalan awan hitam masih ada pada tangannya. Terjadi gunjangan hebat pada raganya yang tak kuat tuk belenggu beragam rasa. Pahit, manis,dan getirnya mutiara.Seakan tahu apa yang terjadi awan hitam itu muntahkan satu persatu air suci.
Kepakan sayap merpati bawakan pesan dari sang mentari:
apabila cinta memanggilmu, ikutilah dia walau jalannya terjal berliku, apabila sayapnya merangkulmu, pasrah serta menyerahlah meski pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu. Dan jika dia bicara kepadamu, percayalah walau ucapannya buyarkan mimpimu. Kibarkan layar dari kapal hatimu untuk arungi lautan kehidupan yang siap menghadangmu dengan gelombang kemarahan, kesedihan dan kebimbangan.